Analisa Teknikal
Analisa
Teknikal merupakan 'pelajaran sejarah' dalam menganalisa pergerakan harga.
Dengan motto 'Sejarah akan terulang', pergerakan harga di masa lalu dipelajari
untuk memprediksi arah pergerakan harga yang akan datang. Analisa ini semakin
populer dan makin banyak digunakan dalam 2 abad terakhir ini.
Kelebihan
Analisa Teknikal ini adalah bisa digunakan di berbagai jenis bisnis yang
berhubungan dengan pergerakan harga. Saat ini analisa teknikal ini telah
semakin mudah untuk digunakan karena banyaknya jenis grafik, indikator, sinyal
yang sangat membantu untuk pengambilan keputusan dalam melakukan transaksi.
Yang paling utama, kenalilah tanda-tanda dimana harga akan berbalik arah
(reversal).
1. Chart
- Line - Candlesticks
- Bar
2. Support,
Resistance, dan Trend
3. Technical
Indicator
- Moving Averages - Stochastic
- Bollinger Bands - Parabolic Sar
- Macd - Relative
Strenght Index
- Oscilator &
Momentum - Time Frame
4. Teori 123
5. Elliot Wave
6. Fibonacci Ratio
Chart
Gambaran
dari pergerakan harga terhadap waktu digambarkan dalam bentuk grafik. Untuk
memudahkan analisa pergerakan harga selanjutya. Grafik ini terbagi dalam
beberapa satuan waktu, ada grafik 1 Menit, 5 Menit, 1 Jam, Harian, Mingguan,
Bulanan. Jika ingin menganalisa pergerakan harga harian, maka digunakan grafik
Harian.
1. Line Chart
Grafik dalam bentuk garis yang menghubungkan titik-titik harga penutupan ( closing price ) harga penutupan dari satu periode atau sesi perdagangan.
2. Bar Chart
Pada
prinsipnya sama dengan line chart, hanya bentuknya yang berbeda dan informasi
yang didapatkan lebih lengkap. Bar Chart memperlihatkan harga pada saat buka,
harga tertinggi, terendah, dan saat penutupan. Garis di sebelah kiri
menunjukkan harga saat pembukaan - garis di sebelah kanan menunjukkan harga
penutupan.
3. Candlestick
Grafik
ini dipakai oleh orang Jepang pada abad ke 18 untuk menentukan pergerakan harga
beras pada saat itu. Hampir sama dengan Bar Chart. Candlesticks ini mengenalkan
beberapa tanda reversal dan kecenderungan trend.
Untuk
selanjutnya, anda akan lebih banyak menggunakan candlestick chart dalam praktik
training. Oleh karena itu, anda harus belajar lebih dalam mengenai candlestick
charts.
Candlestick
merupakan ilmu paling tua yang digunakan oleh trader untuk memprediksikan
pergerakan market price. Dikembangkan oleh seorang trader Jepang yang bernama
Munehisa Homma pada tahun 1970-an. Apakah cara ini akurat? Well, tidak ada satu
pun cara yang selalu berhasil 100% di Market. Namun Munehisa Homma klaim bahwa
ia telah berhasil 100 kali berturut-turut memenangkan pertarungan di market
dengan menggunakan metoda ini
Ada dua macam
Candlestick menurut posisi pembukaan dan penutupan harganya. Yaitu :
Empty or Clear Candlestick yang
menggambarkan penguatan.
Bagian bawah pojok adalah harga pembukaan dan
bagian atas pojok adalah harga penutupan.
Mungkin
Candlestick Anda memiliki warna yang berbeda dengan yang saya punya. Silahkan
diperhatikan warna background grafik Anda. Jika Background grafik Anda berwarna
putih, maka ‘empty candlestick’ Anda sama warnanya sama dengan yang saya punya.
Namun
jika background grafik Anda tidak berwarna putih, maka empty candlestick Anda
mempunyai warna yang sama dengan warna background grafik Anda.
Shaded
Candlestick yang
menggambarkan pelemahan.
Bagian
atas pojok adalah harga pembukaan dan bagian bawah pojok adalah harga
penutupan. Mungkin Candlestick Anda memiliki warna yang berbeda dengan yang
saya punya. Silahkan diperhatikan warna background grafik Anda. Jika Background
grafik Anda berwarna putih, maka ‘shaded candlestick’ Anda sama warnanya sama
dengan yang saya punya.
Namun
jika background grafik Anda tidak berwarna putih, maka shaded candlestick Anda
mempunyai warna yang berbeda dengan warna background grafik Anda.
Penjelasan
- Real body, mrupakan yang di mulai dari opening price dan berakhir pada closing price.
- Shadow, merupakan bagian level-level tinggi dan level-level rendah pada periode tersebut.
- Range ( real body+shadows ) merupakan keseluruhan candlestick tersebut. Mulai dari level tertinggi dan berakhir pada level terendah.
Pola Candlestick
diantara sekian banyak pola dan tipe candlestick, yang terpenting adalah :
- Morubozu
- Spining Tops
- Doji
- Hamer dan Hanging Man
- Shooting Star dan Evening Star
Marubozu adalah bar full body tanpa shadow. Biasanya merupakan indikasi awal suatu trend akan berkelanjutan.
Spinning Top
Spinning tops adalah bila body lebih pendek dari padashadow dan berada di tengah-tengah. body yang pendek menunjukan sedikit terjadi pergerakan harga dari open hingga close, shadow menunjukan selama sesi harga aktif bergerak naik dan turun.
Spinning tops setelah bar panjang biasanya berpotensi akan terjadi perubahan arah trend.
Doji
Doji terjadi apabila harga open sama dengan harga close sehingga body hanya membentuk suatu garis.
Doji bukan merupakan turning point ( level tempat merket berputar arah ), namun Doji merupakan kesempatan bagi market untuk berputar arah. Doji merupakan momen kebingungan market dimana market masih belum bisa memutuskan arah yang ingin dituju.
Sebuah tanda Doji setelah bar putih ( bullish bar = naik ) berindikasi trend naik akan segera berakhir, tetapi indikasi ini harus dikonfirmasi dahulu dengan munculnya bar hitam ( bearish bar = turun ) begitu pula sebaliknya.
Hammer and Hanging Man
Hammer dan Hanging Man dapat
juga dijadikan indikasi pembalikan arah trend seperti terlihat pada
gambar di bawah, indikasi ini harus dikonfirmasi juga dengan bar yang terjadi
setelahnya. Syarat Hammer dan Hanging Man adalah Shadow harus lebih panjang
dibandingkan body.
Indikasi yang ditunjukkan oleh candlestick dapat
dijadikan sebagai indikasi awal pergerakan harga tetapi tidak bisa dijadikan
sebagai acuan trend karena hanya mengindikasikan pergerakan untuk beberapa
candle kedepan.
2. SUPPORT,
RESISTANCE & TREND
a. Support,
Resistance
Salah
satu fungsi penting Support & Resistance adalah untuk menentukan Target
Point Yang Ingin Dicapai. Support & Resistance merupakan
level-level kritis yang secara psikologis dapat digunakan oleh para
pelaku pasar dalam pengambilan keputusan, apakah harga akan berlanjut atau
sebaliknya berbalik arah. Support (batas bawah) dibentuk dengan
menghubungkan dua atau lebih harga terendah. Resistance (batas atas)
dibentuk dengan menghubungkan dua atau lebih harga tertinggi.
Prinsip
dasar Support & Resistance : Secara umum support &
resistance dibentuk oleh harga tertinggi & harga
terendah, biasanya bila harga berhasil menembus garis support & resistance
atau dengan kata lain berhasil melampaui harga tertinggi atau terendah
sebelumnya maka pergerakan harga akan berkelanjutan. Sedangkan Bila harga tidak
dapat menembus garis support atau resistance maka harga akan berbalik arah. Prinsip
inilah yang akan mendasari teori-teori lain mengenai support &
resistance
Untuk
menghitung Support & Resistance tersebut, dibutuhkan 3 harga berikut: H =
previous period’s high price
L = previous
period’s low price
C = previous
period’s closing price
Ketiga harga tersebut digunakan untuk menghitung
pivot level dengan berdasarkan rumus sebagai berikut:
Pivot Point (PP) = (High + Low +
Close) / 3
Level support dan resistance kemudian dikalkulasikan
berdasarkan nilai pivot point dengan menggunakan formula perhitungan sebagai
berikut:
Resistance:
R1 = Resistance
Level 1 = (2*PP)-L
R2 = Resistance
Level 2 = (PP-S1) + R1
R3 = Resistance
Level 3 = (PP-S2)+R2
Support:
S1 = Support
Level 1 = (2*PP)-H
S2 = Support
Level 2 = PP - (R1 - S1)
S3 =
Support Level 3 = PP - (R2-S2)
b. Trend Lines
Uptrend
dibuat dengan menghubungkan dua buah titik support line (batas bawah).
Downtrend dibuat dengan menghubungkan dua buah titik resistance line (batas
atas). Bila harga menembus trendline mengindikasikan harga akan berkelanjutan.
3. TECHNICAL
INDICATOR
a. Moving
Averages (MA)
Moving
Averages (MA) adalah pergerakan rata-rata harga penutupan dalam suatu periode
tertentu. Dengan MA kita dapat melihat trend harga yang terjadi. Bila MA
bergerak ke atas berarti trend sedang naik dan begitu pula sebaliknya. Bila
harga menembus MA berarti trend sedang berubah.
Semakin
pendek periode waktu yang digunakan semakin cepat MA memberikan indikasi
perubahan trend tetapi semakin sering terjadi salah prediksi (false signal).
Semakin
panjang periode waktu yang digunakan semakin lambat MA memberikan indikasi
perubahan trend tetapi dapat mengurangi kesalahan prediksi. Karenanya sering
digunakan lebih dari satu periode MA. Panjang pendek periode yang digunakan
tergantung pada tujuan investasi jangka panjang atau pendek.
Moving Averages
ada beberapa macam, salah satunya yaitu Simple Moving Averages (SMA)
&
Exponential Moving Averages(EMA). Prinsip dasar keduanya sama
hanya beda perhitungan saja.
SMA : lebih halus
mengurangi fake signal, deteksi lebih lambat sesuai kejadian sebelumnya.
EMA : deteksi
cepat sesuai dengan kejadian saat ini, sering terjadi false signal.
Cara
terbaik menggunakan Moving Averages adalah dengan menggunakan lebih dari satu
periode MA dalam chart sehingga dapat melihat pergerakan jangka pendek dan
jangka panjang. Gunakan MA 5, MA 20, MA 60. Bila dua periode MA saling
bersilangan merupakan signal perubahan trend sebagai indikasi buy atau sell.
Untuk investasi jangka panjang MA sangat sering digunakan sebagai penentu
trend.
b. Bollinger
Bands
Bollinger
Bands digunakan untuk mengukur tingkat Volatility (kestabilan pergerakan
harga). Ketika harga cenderung diam bands akan merapat dan ketika harga aktif
bands akan melebar.
Bollinger
Bands juga berfungsi sebagai Support & Resistance dimana harga cenderung
bergerak bolak-balik antara batas atas dan batas bawah (Bollinger Bounce).
Bolinger
Bands sangat membantu bila pergerakan harga sideway (konsolidasi). Dan dapat
memberikan signal Breakout.
Bollinger
Squeezze dapat digunakan sebagai tanda dimulainya suatu trend
baru, yaitu bila bands semakin merapat biasanya menandakan akan terjadi
pergerakan yang signifikan. Bila harga menembus batas bands makan harga akan
bergerak berkelanjutan.
Pada
beberapa indikator sering dilengkapi dengan poros tengah Bollinger Bands yang
dapat juga digunakan sebagai indikasi trend.
c. Parabolic Sar
Parabolic
SAR memberikan indikasi kapan suatu trend dimulai dan kapan trend berakhir.
Sehingga dapat digunakan untuk menentukan dalam mengambil posisi maupun keluar
posisi.
Parabolic
SAR sangat mudah digunakan. Jika titik-titik berada di bawah adalah tanda
posisi BUY sedangkan jika titik-titik berada di atas sebagai tanda SELL.
Kelemahan Parabolic SAR adalah jika pergerakan harga mendatar dan sering
memberikan false signal. Sebaiknya digunakan untuk pasar yang memiliki
karakteristik perubahan harga dalam periode yang agak panjang.
d. MACD
MACD
singkatan dari Moving Averages Convergence Divergence. Digunakan untuk
mengidentifikasikan Moving Averages yang berindikasi dimulainya trend baru.
Dengan
MACD kita dapat melihat 3 buah indikator. Pertama adalah garis MA periode
pendek (fast), kedua adalah garis MA periode panjang (slow) dan ketiga adalah
susunan histogram atau garis yang menggambarkan ukuran jarak antara kedua MA
tersebut.
MACD Crossover
Karena
kedua Moving Average (MA) memiliki kecepatan yang berbeda, MA fast akan lebih
cepat bereaksi mengikuti perubahan harga dibandingkan MA slow. Ketika trend
baru terbentuk MA fast akan menyilang (cross) MA slow. Saat terjadi crossover
tersebut menandakan bahwa trend baru mulai terjadi. Signal kedua yaitu apabila
MA pada MACD telah menembus garis centerline MACD.
Kelemahan
dari MACD adalah lambat dalam memberikan signal. Karena bagaimanapun MACD
terbentuk dari ratarata harga yang terjadi sebelumnya.
Kelebihannya
yaitu MACD jarang memberikan false signal karena lebih halus geraknya. MACD
tidak menunjukan signal kondisi oversold atau overbought.
Prinsip dasar
MACD yang harus diperhatikan adalah :
1.
MACD akan bergerak membentuk puncak tertinggi hingga mencapai lembah terendah.
Begitu pula sebaliknya.
2. Ada 3
kemungkinan pergerakan harga terhadap MACD :
- Harga akan bergerak sesuai MACD
- Harga bergerak berlawanan MACD tetapi kemudian akan mengikuti sesuai MACD disebut Divergent Covergent
- Harga akan bergerak sideway hingga akhir trend MACD
Dengan prinsip
ini kita akan mendapatkan profit yang maksimal dengan kemungkinan loss kecil.
Sebagai indikator pendukung MACD dapat digunakan
Stochastic Slow 8,3,3 untuk menentukan puncak & lembah MACD atau area
oversold-overbought.
e. Stochastic
Stochastic
adalah indikator lain yang dapat membaca kapan suatu trend akan berakhir.
Stochastic menentukan kondisi pasar Overbought (jenuh beli) atau Oversold
(jenuh jual).
Stochastic
memiliki skala 0 – 100, jika garis stochastic mencapai skala 70 menandakan
Overbought dan harga akan turun setelah garis meninggalkan skala 70. Sedangkan
jika garis stochastic mencapai skala 30 menandakan Oversold dan harga akan naik
kembali setelah garis meninggalkan skala 30. Signal Entry & Exit pada
Stochastic yaitu pada saat stoch meninggalkan area overbought atau
oversold.
Stochastic
memiliki dua garis %K & %D biasa disebut trigger line, jika kedua garis
saling bersilangan dapat dijadikan sebagai signal entry atau exit. Sayangnya
signal trigger menjadi kurang akurat karena sering memberikan false signal.
f. Relative
Strenght Index (RSI)
RSI hampir sama
dengan stochastic yaitu menunjukan kondisi Overbought dan Oversold.
Skala
RSI adalah 0 – 100, dengan skala 80 sebagai batasan Overbought dan 20 sebagai
batasan Oversold. Cara membaca RSI sama dengan Stochastic.
Kelebihan
RSI adalah dapat digunakan sebagai konfirmasi terhadap perubahan tren yang
terjadi. Sehingga sering digunakan untuk menghindari signal palsu. Bila garis
RSI menembus level 50 maka trend benar-benar sudah terbentuk, perhatikan
gambar di atas.
g. Oscillator
& Momentum
Oscillator / Leading
Indicator.
Kelebihan
Leading Indicator yaitu memberikan indikasi sebelum trend berubah. Kelemahannya
sering memberikan signal palsu. Indicator yang termasuk kategori oscillator
yaitu Stochastic, Parabolic SAR & RSI.
Momentum / Lagging
Indicator.
Kelebihan
Lagging Indicator yaitu memberikan signal setelah trend benar-benar terbentuk.
Kelemahannya indikasi yang ditunjukkan lebih lambat. Indicator yang termasuk
kategori ini yaitu MACD dan MA
Kedua
indikator ini dapat saling mendukung bila digunakan bersamaan tetapi terkadang
juga justru akan saling bertentangan (konflik).
Setiap
indikator memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga biasanya
digunakan kombinasi 2-3 indikator yang berbeda. Jangan ambil posisi kecuali 2-3
indikator yang digunakan mengindikasikan hal yang sama. Tetapi jangan
menggunakan indikator terlalu banyak karena akan membingungkan.
h. TIME FRAME
(SKALA WAKTU)
Skala
waktu yang digunakan akan sangat mempengaruhi keputusan yang harus Anda ambil.
Penggunaan skala waktu tergantung kepada jenis trading Anda apakah Long Term
atau Short Term.
1. Long Term
(jangka panjang).
Periode yang
digunakan adalah harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan.
Keuntungan :
- Tidak perlu setiap hari memantau perkembangan harga.
- Sedikit transaksi sehingga mengurangi komisi atau spread (perbedaan harga jual/beli) yang harus dibayar.
- Analisa tidak tergesa-gesa sehingga bisa lebih akurat.
- Pergerakan harga besar sehingga butuh ketahanan dana yang besar.
- Kemungkinan terjadi kerugian dalam waktu lama.
2. Intraday
(Harian)
Periode yang digunakan biasanya 1, 5, 15 menit. Hold
posisi hanya dalam 1 hari saja.
Keuntungan :
- Banyak kesempatan untuk trading
- Tidak terkena biaya overnight
- Kerugian cukup singkat.
- Dana yang digunakan tidak perlu besar.
- Harus terus memantau pergerakan harga harian
- Mental harus kuat
- Biaya transaksi besar
- Profit dibatasi dalam 1 hari.
Gunakan
2 atau 3 Skala Waktu bersamaan untuk memutuskan posisi apa yang harus Anda
ambil. Gunakan Skala Waktu dengan periode lebih panjang untuk mengetahui tend
harga sebenarnya.
Contoh :
60 minutes chart
Indikator
pada chart di bawah menunjukkan Bullish (Uptrend)
Yang terjadi
adalah :
Daily chart
Pada kasus yang
sama, daily chart ternyata menunjukkan trend masih Bearish (Downtrend)
Dan yang terjadi
kemudian trend Bearish masih berlanjut.
4. TEORI 123 (Law
of charts)
Umumnya
pergerakan harga akan membentuk suatu pola zigzag atau biasa disebut teori 123.
Dimana jarak 1-2 lebih panjang dari 2-3 dan harga akan meneruskan sesuai trend
pada 1-2. Pola ini dapat terjadi pada chart dengan dengan skala time frame
berapa saja.
Strategi Teori
123
Bila
terjadi pola 123 dimana C adalah harga saat ini maka tempatkan entry point pada
titik B dan Stop Loss pada titik C atau A. Tempatkan target point kurang lebih
setengah dari AB. Bila TP1 tercapai pindahkan SL ke C dan begitu selanjutnya.
5. ELIOT WAVE
THEORY (POLA 5-3)
Mr.
Elliot menemukan bahwa pergerakan harga memiliki pola gelombang 5-3 yang selalu
berulang-ulang, dimana pola gelombang 5 disebut impulse wave dan
pola gelombang 3 disebut corrective wave. Teori Elliot ini di
dasarkan pada psikologi pasar, seperti dijelaskan dibawah ini :
Elliot Wave
Theory menjelaskan sbb:
Wave 1
Harga bergerak
naik, disebabkan beberapa orang berpikiran saatnya untuk BUY.
Wave 2
Harga turun, disebabkan beberapa orang merasa harga
sudah cukup tinggi dan waktunya untuk take profit.
Wave 3
Harga kembali naik, disebabkan orang ingin mengulangi
profit saat wave 1 dan merasa harga tersebut dapat menghasilkan profit.
Biasanya harga bergerak lebih tinggi daripada wave 1.
Wave 4
Harga kembali
turun, disebabkan harga sudah cukup tinggi dan saatnya untuk take profit.
Wave 5
Harga kembali naik, disebabkan orang-orang memburu
stock tanpa alasan, setelah melebihi harga wajar maka trend berubah menjadi
pola ABC.
Pola 5-3 dapat
pula terbentuk dari beberapa pola 5-3 yang lebih kecil
Kalau
kita amati lebih jauh sebenarnya teori ini adalah pengembangan dari teori 123
dimana Elliot menemukan bahwa dalam suatu pergerakan harga pola 123 terjadi 2
kali sebelum akhirnya berbalik arah dan dilanjutkan dengan pola 123 kembali
pada arah sebaliknya.
6. FIBONACCI
RATIO
Fibonacci
Ratio adalah pengembangan dari teori 123 dan Elliot Wave dikombinasikan dengan
perhitungan Fibonacci Ratio yang berfungsi untuk menentukan level Support &
Resistance.
Prinisip
dasarnya sama dengan teori 123 yaitu dimana gelombang panjang (1-2) disebut
swing akan diikuti dengan gelombang pendek (2-3) disebut retracement.
Dengan
perhitungan Fibonacci kita dapat mengetahui level support dan resistance dari
pergerakan retracement.
Untuk
menenentukan Fibonacci harus diidentifikasikan dulu Swing High dan Swing Low
pada chart.
1. Fibonacci
Retracement Level
Biasanya
pergerakan retracement akan mencapai level 23,6%; 38,2%; 50%; 61,8% kemudian
kembali lagi ke level 0% hingga berlanjut ke extension level. Jika harga tidak
sanggup menembus level 0% maka harga akan bergerak ke level 100%. Begitu pula
sebaliknya.
2. Fibonacci
Extension Level
Yaitu
level support & resistance yang diharapkan akan dicapai setelah pergerakan
harga berhasil melewati level 0%
0 Response to "Analisa Teknikal Trading Forex"
Post a Comment